BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemahiran berbicara merupakan salah
satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa
modern termasuk bahasa indonesia. Berbicara merupakan sarana utama untuk
membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa
sebagai medianya. Kegiatan berbicara didalam kelas bahasa mempunyai aspek
komunikasi dua arah, yakni antara pembicara dengan pendengarnya secara timbal
balik. Dengan demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh
:(1) kemampuan mendengarkan, (2) kemampuan mengucapkan, dan (3) penguasaan
(relatif) kosa kata dan ungkapan yang memungkinkan siswa dapat
mengkomunikasikan maksud atau fikirannya.Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
latihan berbicara ini merupakan kelanjutan dari latihan menyimak yang didalam
kegiatannya juga terdapat latihan mengucapkan. Target yang hendak dicapai dalam
hal ini adalah kemampuan dan kelancaran berbahasa lisan atau berbicara lisan (
berkomunikasi ) langsung sebagai fungsi utama bahasa, khususnya bahasa
indonesia
B. Rumusan Masalah
a) Pengertian
teknik berbicara
b) Prinsip-prinsip
berbicara
c) Berbicara
dan pembelajaran
C.Tujuan
a) Mengetahui dan
memahami pengertian berbicara
b) Mengetahui
prinsif-prinsif berbicara
c) Memahami menghayati
berbicara dan pembelajarannya
BAB.II
A. TEKNIK
BERBICARA DAN BERTANYA AKTIF
1. Pengertian Teknik Berbicara
Teknik berbicara efektif adalah berbicara secara
menarik dan jelas sehingga dapat dimengerti dan mencapai tujuan yang diharapkan
di dalam komunikasi. Teknik berbicara di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan
diri antara komunikator dan komunikan kepada pesan (message) yang
dipercakapkan. Secara sederhana, teknik berbicara di dalam komunikasi secara
aktif dan efektif adalah sebagai berikut :
- Memilih
pokok persoalan untuk dibicarakan
- Berbicara
diiringi dengan bantuan gerak gerik
- Menyesuaikan
situasi dengan lawan bicara dengan baik
- Menghargai
dan menghormati lawan bicara dengan baik
- Menanggapi
setiap reaksi, saran, usul dari lawan bicara
2. Prinsip-prinsip Berbicara
a) Prinsip Berbicara Efektif
Berbicara efektif prinsipnya adalah berbahasa
seperlunya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu
kita juga harus memperhatikan tata cara dan adat sopan santun yang berlaku di
lingkungan masyarakat agar pembicaraannya dapat berjalan dan berlangsung dengan
lancar. Agar dapat berbicara dengan efektif, kita perlu mengetahui
prinsip-prinsipnya, diantaranya :
a) Memberi kesempatan
berbicara kepada lawan bicara
b) Menatap bergantian
secara sopan
c) Berbicara secara
jelas, mengerti dan jangan berbisik
d) Menghayati pokok-pokok
pembicaraan yang akan disampaikan
Berbicara efektif hendaknya mengemukakan ide-ide,
pandangan-pandangan pemikiran tentang bahan pembicaraan yang akan dibicarakan
dalam bentuk tujuan-tujuan.
b) Prinsip Motivasi
Prinsip motivasi merupakan prinsip memberi dorongan
untuk membangkitkan minat bicara terhadap seseorang, kelompok, dan umum.
Sedangkan prinsip motivasi yang efektif adalah berbicara secara efektif yang
dapat membangkitkan minat para pendengar. Jika para pendengar berminat atau
mendengarkan pembicaraan, maka pembicaraan tersebut akan mendatangkan respon
yang baik secara umpan balik (feedback).
Berbicara
dengan prinsip motivasi adalah sebagai berikut :
1. Memberikan dorongan
Bicara dengan memberikan dorongan yaitu dengan cara
mengutarakan pentingnya bahan yang akan dibicarakan.
2. Menokohkan
Menokohkan seseorang atau para pendengar menimbulkan
rasa senang dan membesarkan hatinya.
3. Dorongan ingin mengetahui
Cara ini dipergunakan karena pada dasarnya setiap
manusia itu selalu mempunyai dorongan ingin mengetahui baik yang menyangkut
dirinya, maupun hal-hal lain.
c) Prinsip Perhatian
Prinsip perhatian adalah pemusatan pikiran pada suatu
masalah atau objek tertentu. Agar para pendengar mau memperhatikan dengan baik,
maka seorang pembicara harus mampu menarik perhatian, di antaranya :
1. Hal-hal yang aneh
Jika seorang pembicara dapat memberikan contoh-contoh
yang aneh, amak pendengar akan terpukau perhatiannya dan timbul rasa ingin
mendengarkan apa yang disampaikan pembicara.
2. Hal-hal yang lucu
Hal-hal lucu juga akan menarik perhatian. Untuk
mendapatkan hal-hal yang lucu seseorang harus menuntun terlebih dahulu jalan
pikiran pendengarnya.
3. Hal-hal yang mencolok (dominan)
Cara ini dapat digunakan untuk menarik perhatian
pendengar, pokok pembicaraan yang penting pengucapannya harus dilambatkan atau
dikeraskan.
4. Hal-hal yang sesuai dengan kebutuhan
Pendengar akan tertarik perhatiannya jika ada
pembicaraan yang menyangkut kepentingannya dan kebutuhannya
B. Berbicara dan Pembelajarannya
1 Konsep Berbicara
Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mengkaji beberapa pokok permasalahan ,
yaitu pengertian berbicara, tujuan berbicara, jenis-jenis berbicara, teknik
berbicara, dan factor-faktor keberhasilan berbicara.
Dengan demikian, setelah mempelajari Kegiatan Belajar 1 ini, Anda
diharapkan dapat menjelaskan pengertian berbicara, menyebutkan tujuan
berbicara, menyebutkan jenis-jenis berbicara, menjelaskan teknik berbicara, dan
menjelaskan factor-faktor keberhasilan berbicara.
2 Pengertian Berbicara
Banyak pakar memberikan batasan tentang berbicara, di antaranya Tarigan
(1981:15) mengatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan dan perasaan. Sejalan dengan Tarigan , Anton M. Moeliono
dkk.(1988:114) mengatakan bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa,
melahirkan pendapat dengan perkataan. Demikian juga Djago Tarigan (1998:34)
mengatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui
bahasa lisan. Dari tiga pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa berbicara
adalah kemampuan seseorang menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan
menggunakan bahasa lisan.
Berbicara bukan hanya sekadar
pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata. Berbicara adalah suatu alat untuk
mengomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak. Berbicara merupakan instrumen
yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang
pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraannya maupun para
penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau
tidak, pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia
waspada serta antusias atau tidak ( Mulgrave dalam Tarigan 1981:15).
Dipandang dari segi bahasa,
menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa lisan. Dari
segi komunikasi, menyimak dan berbicara diklasifikasikan sebagai komunikasi
lisan. Melalui berbicara orang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada
orang lain. Melalui menyimak orang menerima informasi dari orang lain. Kegiatan
berbicara selalu diikuti kegiatan menyimak atau kegiatan menyimak pasti ada di
dalam kegiatan berbicara. Dua-duanya fungsional bagi komunikasi lisan,
dua-duanya tak terpisahkan. Ibarat mata uang, sisi muka ditempati kegiatan
berbicara sedang sisi belakang ditempati kegiatan menyimak. Sebagaimana mata
uang tidak akan laku bila kedua sisinya tidak terisi, maka komunikasi lisan pun
tak akan berjalan bila kedua kegiatan tidak berlangsung saling melengkapi.
Pembicara yang baik selalu berusaha agar penyimaknya mudah menangkap isi
pembicaraannya
Keterampilan berbicara juga
menunjang keterampilan menulis dan membaca. Bukankah berbicara pada hakikatnya
sama dengan menulis, paling tidak dalam segi ekspresi atau produksi informasi?
Hasil berbicara bila direkam dan disalin kembali sudah merupakan tulisan.dan
ini sudah merupakan wujud keterampilan menulis. Penggunaan bahasa dalam berbicara
banyak kesamaannya dengan penggunaan bahasa dalam teks bacaan. Apalagi
organisasi pembicaraan kurang lebih sama dengan pengorganisasian isi bahan
bacaan.
3. Tujuan Berbicara
Menurut Tarigan (1998:49) tujuan
pembicara biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yakni:
1) Berbicara untuk Menghibur
Berbicara untuk menghibur para
pendengar, pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti
humor, spontanitas, kisah-kisah jenaka, dan sebagainya. Menghibur adalah
membuat orang tertawa dengan hal-hal yang dapat menyenangkan hati. Menciptakan
suatu suasana keriangan dengan cara menggembirakan. Sasaran diarahkan kepada
perisiwa-peristiwa kemanusiaan yang penuh kelucuan dan kegelian yang sederhana.
Media yang sering dipakai dalam berbicara untuk menghibur adalah seni bercerita
atau mendongeng ( the art of story-telling), lebih-lebih cerita yang
lucu, jenaka, dan menggelikan. Pada saat pembicara atau si tukang dongeng
beraksi, para partisipan dapat tertawa bersama-sama dengan penuh kegembiraan
dan kekeluargaan atau persahabatan.
2) Berbicara untuk
Menginformasikan
Berbicara untuk tujuan
menginformasikan dilaksanakan kalau seseorang berkeinginan untuk :
1. menerangkan atau menjelaskan
sesuatu proses;
2. memberi atau menanamkan
pengetahuan;
3. menguraikan, menafsirkan, atau mengiterpretasikan sesuatu hal;
menjelaskan kaitan, hubungan,
relasi antara benda,hal, atau peristiwa.
3) Berbicara untuk Menstimulasi
Berbicara untuk tujuan
menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks dari berbicara untuk menghibur atau
berbicara untuk menginformasikan, sebab pembicara harus pintar merayu,
mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Ini dapat tercapai jika pembicara
benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita
pendengarnya. Berdasarkan keadaan itulah pembicara membakar semangat dan emosi
pendengarnya sehingga pada akhirnya pendengar tergerak untuk mengerjakan
apa-apa yang dikehendaki pembicara.
4) Berbicara untuk Meyakinkan
Tujuan utama berbicara untuk
meyakinkan ialah meyakinkan pendengarnya akan sesuatu. Melalui pembicaraan yang
meyakinkan, sikap pendengar dapat diubah misalnya dari sikap menolak menjadi
sikap menerima. Misalnya bila seseorang atau sekelompok orang tidak menyetujui
suatu rencana, pendapat atau putusan orang lain, maka orang atau kelompok
tersebut perlu diyakinkan bahwa sikap mereka tidak benar. Melalui pembicara
yang terampil dan disertai dengan bukti ,fakta contoh, dan ilustrasi yang
mengena, sikap itu dapat diubah dari tak setuju menjadi setuju.
5). Berbicara untuk Menggerakkan
Di dalam berbicara atau berpidato
menggerakkan massa yaitu pendengar berbuat, bertindak, atau beraksi seperti
yang dikehendaki pembicara merupakan kelanjutan, pertumbuhan, atau perkembangan
berbicara untuk meyakinkan. Dalam berbicara untuk menggerakkan diperlukan
pembicara yang berwibawa, panutan, atau tokoh idola masyarakat. Melalui
kepintarannya berbicara, kelihatannya membakar emosi, kecakapan memanfaatkan
situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu – jiwa massa, pembicara dapat
menggerakkan pendengarnya. Misalnya, bung Tomo dapat membakar semangat dan
emosi para pemuda di Surabaya, sehingga mereka berani mati mempertahankan tanah
air.
4. Jenis-Jenis Berbicara
Dalam
interaksi berbicara sehari-hari, sering kita memperhatikan; ada diskusi, ada
percakapan, ada pidato menjelaskan, ada pidato menghibur, ada ceramah, ada
bertelepon, dan sebagainya. Mungkin Anda bertanya dalam hati, mengapa ada
berbagai jenis kegiatan berbicara seperti itu. Jawabannya ada lima landasan
yang digunakan dalam mengklasifikasi berbicara, yakni:
1. tujuan,
2. situasi,
3. metode penyampaian,
4. jumlah pendengar, dan
5. peristiwa khusus.
Berdasarkan hal itu, maka
berbicara dapat dilihat dari tiga aspek, yakni (1) fungsional, (2)
memperhatikan jumlah pembicaranya, serta (3) konsep dasar berbicara, maka
jenis-jenis berbicara dapat dilihat, sebagai berikut.
a.
Berbicara berdasarkan tujuannya.
1. Berbicara memberitahukan,
melaporkan dan menginformasikan
Berbicara
termasuk bagian ini untuk bertujuan memberitahukan, melaporkan dan
menginformasikan dilakukan jika seseorang menjelaskan sesuatu proses,
menguraikan, menafsirkan sesuatu, menyebarkan dan menamkan sesuatu, dan
sebagainya.
2. Bicara membujuk, mengajak, meyakinkan
Yang termasuk dalam hal ini, jika pembicara berusaha membangkitkan
inspirasi, kemauan atau meminta pendengarnya melakukan sesuatu. Misalnya, guru
membangkitkan semangat dan gairah belajar siswanya melalui nasihat-nasihat.
Dalam kegiatan yang masuk bagian ini si pembicara harus pintar merayu,
mempengaruhi dan meyakinkan pendengarnya. Oleh karena itu, ada sebagian
pandangan yang mengatakan orang pintar merayu, memiliki talenta dan retorika
yang memikat. Orang-orang yang pintar merayu dan meyakinkan bisa membuat sikap
pendengar dapat diubah, dari menolak menjadi menerima. Bukti, fakta atau contoh
yang tepat yang disodorkan dalam pembicaraan akan membuat pendengar menjadi
yakin.
3. Bicara menghibur
Bicara untuk menghibut memerlukan kemampuan menarik perhatian pendengar. Suasana pembicaraan bersifat santai dan penuh canda. Humor dan segar, baik
dalam gerak, cara bicara dan menggunakan kalimat memikat pendengar. Berbicara
menghibur biasanya dilakukan pelawak dalam suatu pentas. Pada waktu dahulu para
pendongeng adalah orang-orang yang pintar berbicara menghibur melalui cerita
yang disampaikannya.
b. Berbicara berdasarkan situasinya
1. Berbicara formal
Dalam situasi formal,
pembicara dituntut harus bicara formal.
Misalnya, ceramah, wawancara,
mengajar untuk para guru.
2. Berbicara informal
Dalam situasi formal,
pembicara dituntut harus bicara informal.
Misalnya, bersenda gurau,
bertelepon
c. Berbicara berdasarkan cara penyampaiannya
1. Berbicara mendadak
(spontan)
Berbicara mendadak terjadi
jika seseorang tanpa direncanakan
Sebelumnya harus berbicara di
depan umum.
2. Berbicara berdasarkan
catatan
Dalam berbicara seperti ini,
pembicara menggunakan catatan kecil pada
kartu-kartu yang telah
disiapkan sebelumnya dan telah menguasai materi
pembicaraan sebelum tampil di
muka umum
3. Berbicara berdasakan hafalan
Pembicara menyiapkan dengan
cermat dan menulis dengan lengkap
bahan pembicaraannya. Kemudian
dihafalkannya kata demi kata,
kalimat demi kalimat, dan
seterusnya.
4. Berbicara berdasarkan naskah
Pembicara telah mempersiapkan
naskah pembicaan secara tertulis dan
dibacakan pada saat berbicara.
d. Berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya
1. Berbicara antarpribadi (bicara
empat mata)
2. Berbicara dalam kelompok
kecil ( 3 – 5 orang)
3. Berbicara dalam kelompok
besar (massa). Berbicara seperti ini terjadi apabila
menghadapi kelompok besar dengan jumlah pendengar yang besar,
seperti pada rapat umum,
kampanye, dan sebagainya.
e.
Berbicara berdasarkan Peristiwa Khusus
1. Pidato Presentasi
2. Pidato Penyambutan
3. Pidato Perpisahan
4. Pidato Jamuan (makan malam)
5. Pidato Perkenalan
6. Pidato Nominasi
(mengunggulkan)
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berbicara
merupakan suatu keterampilan dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan
sebagai aktivitas untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan gagasan.
Berbicara bertujuan untuk berkomunikasi, selain itu berbicara juga bertujuan untuk memberikan dorongan, stimulasi, meyakinkan, bertindak, menginformasikan, dan menghibur.
Macam berbicara sangat beragam, tergantung dasar apa yang digunakan untuk membedakannya. Berbicara dapat dibedakan menjadi: persuasif (mendorong, meyakinkan, bertindak), instruktif (memberitahukan), dan rekreatif (menyenangkan). Sedangkan pendapat lain dibedakan menurut situasi, tujuan, metode, jumlah penyimak, dan peristiwa khusus.
Berbicara bertujuan untuk berkomunikasi, selain itu berbicara juga bertujuan untuk memberikan dorongan, stimulasi, meyakinkan, bertindak, menginformasikan, dan menghibur.
Macam berbicara sangat beragam, tergantung dasar apa yang digunakan untuk membedakannya. Berbicara dapat dibedakan menjadi: persuasif (mendorong, meyakinkan, bertindak), instruktif (memberitahukan), dan rekreatif (menyenangkan). Sedangkan pendapat lain dibedakan menurut situasi, tujuan, metode, jumlah penyimak, dan peristiwa khusus.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.makalahdanskripsi.blogspot.com/
http://www.id.shvoong.com/
http://www.id.shvoong.com/