EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Adalah
suatu kesalahan besar jika kita menganggap bahwa persoalan dalam pemilihan kata
adalah suatu persoalan yang sederhana, tidak perlu disederhanakan, tidak perlu
dibicarakan atau dipelajari karena akan terjadi dengan sendirinya secara wajar
pada diri manusia. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menjumpai
orang-orang yang sangat sulit mengungkapkan maksud atau segala sesuatu yang ada
dalam pikirannya dan sedikit sekali variasi bahasanya. Kita pun juga menjumpai
orang-orang yang boros sekali dalam memakai perbendaharaan katanya, namun tidak
memiliki makna yang begitu berarti. Oleh karena itu agar tidak terseret ke
dalam dua hal tersebut, kita harus mengetahui betapa pentingnya peranan kata
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian
yang tersirat dalam sebuah kata mengandung makna setiap kata mengungkapkan
sebuah gagasan. Kata-kata merupakan alat penyalur gagasan yang akan disampaikan
kepada orang lain. Jika kita sadar akan hal itu, berarti semakin banyak kata
yang kita kuasai, semakin banyak pula ide atau gagasan yang kita kuasai dan
sanggup kita ungkapkan
Tujuan
manusia berkomunikasi lewat bahasa adalah agar saling memahami antara pembicara
dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca. Dalam berkomunikasi, kata-kata
disatupadukan dalam suatu konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah
sintaksis yang ada dalam suatu bahasa. Dalam hal ini, pemilihan kata yang tepat
menjadi salah satu faktor penentu dalam komunikasi.
Pemilihan
kata merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam hal tulis-menulis
maupun berbicara dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan kata berhubungan dengan
kaidah sintaksis, kaidah makna, kaidah hubungan sosial, dan kaidah hubungan
mengarang. Kaidah-kaidah ini saling mendukung sehingga tulisan atau apa yang
kita bicarakan menjadi lebih berbobot dan bernilai serta lebih mudah dipahami
dan dimengerti oleh orang lain.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa saja yang harus diperhatikan dalam
pemakaian huruf ?
2. Bagaimana penulisan kata yang baik dan benar ?
3. Bagaimana penggunaan tanda baca ?
4. Apa saja yang termasuk ke dalam unsur serapan?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian huruf.
2.
Untuk
mengetahui cara penulisan kata yang baik dan benar.
3.
Dapat
menggunakan tanda baca dengan baik dan benar.
4.
Mengetahui
unsur-unsur serapan.
PEMBAHASAN
A.
PEMAKAIAN HURUF
1. Huruf Abjad
Huruf abjad yang
digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri
dari 26 huruf, yang dibagi atas huruf kapital dan huruf kecil.
a.
Huruf Kapital
A B C D E F G H I J
K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
b.
Huruf Kecil
a b
c d e
f g hi j
k l m
n o p
q r s t
u v w
x y z
2. Huruf Vokal
Huruf yang
melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas hurufa, i, u, e,
o. Contoh :
Huruf Vokal
|
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
PPosisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
a
e* i o u |
api
enak emas itu oleh ulang |
padi
petak kena simpan kota bumi |
lusa
sore tipe murni radio ibu |
Keterangan :
*Untuk pelafalan kata
edisesuaikan dengan kata
tersebut.
Contoh antara enak dan emas, pelafalannya berbeda.
3. Huruf Konsonan
Huruf konsonan
dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf huruf b, c, d, f, g,
h, j, k, l, m, n, p, q,
r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Perhatikan table
dibawah ini:
Huruf
Konsonan |
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
b
c d f g h j k l m n p q* r s t v w x* y z |
bahasa
cakap dua fakir guna hari jalan kami - lekas maka nama pasang Quran raih sampai tali varia wanita xerox yakin zeni |
sebut
kaca ada kafan tiga saham manja paksa rakyat alas kami tanah apa status quo bara asli mata lava hawa - payung lazim |
adab
- Abad maaf gudeg tuah mikraj politik bapak akal diam daun siap Taufiq putar tangkas rapat - - sinar-x - juz |
Catatan :
·
Huruf q dan x khusus
dipakai untuk nama diri (seperti Taufiq dan Xerox) dan keperluan
ilmu (seperti status quo dan sinar x).
4. Huruf Diftong
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf
Diftong |
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
ai
au oi |
ain
aula - |
malaikat
saudara boikot |
pandai
harimau amboi |
5. Gabungan Huruf Konsonan
Gabungan huruf
konsonan kh, ng, ny, dan sy masing masing
melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan
Huruf Konsonan |
Contoh Pemakaian dalam Kata
|
||
Posisi Awal
|
Posisi Tengah
|
Posisi Akhir
|
|
kh
ng ny sy |
khusus
ngilu nyata syarat |
akhir
bangun banyak isyarat |
tarikh
senang - arasy |
6. Huruf
Tebal
a.Huruf tebal
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi,
daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
Contoh :
Judul : HABIS GELAP
TERBITLAH TERANG
Bab :
BAB I PENDAHULUAN
Daftar, indeks, dan lampiran:
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMBANG DAFTAR PUSTAKA
INDEKS LAMPIRAN
b. Huruf tebal dalam cetakan kamus dipakai untuk menuliskan
lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan
polisemi.
Contoh :
kalah v 1
tidak menang ...; 2 kehilangan atau merugi ...; 3 tidak lulus
...; 4 tidak menyamai.
B. PENULISAN KATA
1. Kata Dasar
Katayang berupa kata dasar ditulis sebagai satu- kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
2. Kata Turunan
a.
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai
dengan kata dasarnya.Contoh: bergeletar, dikelola, penatapan, menengok,
mempermainkan.
b.
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau
akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi, manganak sungai, sebar
luaskan.
c.
Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat
awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan.
d.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh: antarkota,
dasawarsa, adipati, audiogram, ekstrakurikuler, elektroteknik, introspeksi,
semipropesional, dan lain-lain.
3. Gabungan Kata
a.
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Contoh: duta besar,
kambing hitam, orang tua, rumah sakit umum.
b.
Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin
menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh: alat
pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan.
c.
Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Contoh: acapkali,
adakalanya, belasungkawa, halalbihalal, titimangsa, saptamarga, radioaktif.
4. Kata Ganti –ku, kau, -mu, -nya
Kata ganti ku- dan
kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya;
-ku, -mu, dan –nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kau ambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
5. Kata Depan (di, ke, dan dari)
Kata depan di, ke,
dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan
kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
6. Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
7. Partikel
a.
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Siapakah gerangan Dia?
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Apalah gunanya bersedih hati?
b.
Partikel pun
ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke
rumahku.
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Catatan: kelompok
yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun,
sekalipun, walaupun, kalaupun, kendatipun, sungguhpun ditulis serangkai.
Contoh:
Adapun sebab-sebabnya belum di ketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
c.
Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’
ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.
Contoh:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Harga kain itu Rp. 2.000,00 per helai.
8. Angka dan Lambang Bilangan
a. Angka
1). Angka yang dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau
nomor.
Contoh:
Angka Romawi: I, II, III, IV,….
Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5,….
2). Angka yang digunakan untuk menyatakan ukuran panjang,
berat, isi,
satuan, waktu, dan nilai barang.
Contoh:
11 meter persegi
Rp. 10.000,00
3).Angka lazim untuk menandai nomor jalan, rumah,
apartemen,atau kamar
pada alamat.
Contoh:
Jalan Pemuda No. 104 Surabaya.
Hotel Sheraton, kamar 30.
4). Angka yang digunakan untuk menomori karangan atau
bagiannya.
Contoh: Bab VI, pasal 20, halaman 35, Surah Al-Ikhlas : 2
b. Lambang Bilangan
1). Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan
sebagai berikut:
a). Bilangan utuh
Contoh: 27 dua puluh tujuh
b). Bilangan pecahan
Contoh: 100% seratus persen
2). Penulisan kata bilangan tingkat
Contoh:
Tingkat III
Tingkat ke-3
Tingkat ketiga
3). Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an
Contoh:
Tahun 1000-an atau tahun seribuan.
9. Bentuk Ulang
a. Bentuk ulang ditulis
dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya.
Contoh: Anak-anak, Berjalan-jalan, Biri-biri, Buku-buku, Hati-hati.
Catatan:
a). Bentuk ulang
gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama
saja.
Contoh:surat kabar → surat-surat kabar
kapal barang → kapal-kapal barang
rak buku → rak-rak buku
b). Bentuk ulang
gabungan kata yang unsur keduanya adjektif ditulis
dengan mengulang
unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna
yang berbeda.
Contoh: orang besar → orang-orang
besar
orang besar-besar
gedung tinggi → gedung-gedung tinggi
gedung tinggi-tinggi
b. Awalan dan akhiran
ditulis serangkai dengan bentuk
ulang.
Contoh:kekanak-kanakan
perundang-undangan
melambai-lambaikan
Catatan:
Angka 2 dapat digunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk
keperluan
khusus, seperti dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.
Contoh:
Pemerintah
sedang mempersiapkan rancangan undang2
baru.
Kami mengundang orang2 yang berminat saja.
Mereka me-lihat2 pameran.
Yang ditampilkan
dalam pameran itu adalah buku2
terbitan- Jakarta.
Bajunya ke-merah2-an
10. Suku Kata
a. Pemenggalan
kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut:
1).Jika di tengah kata ada huruf vokal yang berurutan,
pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
Contoh:bu-ah,
ma-in,
ni-at,
sa-at.
2). Huruf diftong ai,
au, dan oi tidak dipenggal.
Contoh: pan-dai, au-la, sau-da-ra, am-boi.
3). Jika di tengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk
gabungan huruf
konsonan) di antara dua buah huruf vokal, pemenggalannya
dilakukan
sebelum huruf konsonan itu.
Contoh:ba-pak,
la-wan,
de-ngan,
ke-nyang, mu-ta-khir.
4). Jika
di tengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutanpemenggalannya dilakukan di antara
kedua huruf konsonan itu.
Contoh: Ap-ril, cap-lok, makh-luk, man-di, sang-gup, som-bong.
5). Jika
di tengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan di antara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Contoh:ul-tra,
in-fra,
ben-trok,
in-stru-men.
Catatan:
a)
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
dipenggal.
Contoh:bang-krut, bang-sa, ba-nyak, ikh-las, kong-res.
b)
Pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu
huruf (vokal) di awal atau akhir baris.
Contoh: itu → i-tu
setia → se-ti-a
b.
Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan di antara
bentuk dasar dan imbuhan atau partikel itu.
Contoh:ber-jalan, mem-bantu, di-ambil, ter-bawa, per-buat.
Catatan:
a). Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahandilakukan seperti pada kata dasar.
a). Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahandilakukan seperti pada kata dasar.
Contoh:me-nu-tup, me-ma-kai, pe-no-long, pe-mi-kir.
b). Akhiran-i tidak dipisahkan pada pergantian baris.
c). Pemenggalan kata
bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar. Contoh: ge-lem-bung, ge-mu-ruh,
ge-ri-gi, si-nam-bung.
d). Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu
vokal.
Contoh: Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ....
Walaupun cuma cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu.
c. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan
salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya
dilakukan di antara unsur-unsur itu. Tiap-tiap unsur gabungan itu dipenggal
seperti pada kata dasar.
Contoh : bio-grafi bi-o-gra-fi,
bio-data bi-o-da-ta
foto-grafi fo-to-gra-fi
foto-kopi fo-to-ko-pi
intro-speksi in-tro-spek-si
intro-jeksi in-tro-jek-si
d.
Nama orang, badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau
lebih dipenggal pada akhir baris di antara unsur-unsurnya (tanpa tanda pisah).
Unsur nama yang berupa singkatan tidak dipisahkan.
C.
PEMAKAIAN TANDA BACA
1.
Tanda Titik Koma (;)
a.
Tanda titik koma dipakai sebagai
pengganti penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk setara. Misalnya :
1)
Hari sudah malam; anak anak masih
membaca buku buku yang barudibeli ayahnya.
2)
Ayah mengurus tanaman di kebun;
Ibu menulis makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; saya
sendiri asyik memetik gitar menyanyikan puisi-puisi penyair kesayanganku.
b.
Tanda titik koma digunakan untuk
mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok
kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata
dan.
Misalnya :
Syarat-syarat penerimaan pegawai
nageri sipil di lembaga ini :
1)
Berkewarganegaraan Indonesia;
2)
Berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
3)
Berbadan sehat;
4)
Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara kesatuan
Republik Indonesia.
c. Tanda titik koma
digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur
setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Misalnya :
1). Ibu membeli buku, pensil, dan tinta;
baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
2). Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan
bendahara; penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja;
pendataan anggota, dokumentasi, dan aset organisasi.
2.
Tanda Titik Dua (:)
a.
Tanda titik dua dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya :
1)
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi,
meja, dan lemari.
2)
Hanya ada dua pilihan bagi para
pejuang kemerdekaan: hidup atau mati.
Catatan :
Tanda
titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya
:
a)
Kita memerlukan kursi, meja, dan
lemari.
b)
Fakultas itu mempunyai Jurusan
Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
b.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Misalnya :
1)
Ketua :
Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara :
Aulia Arimbi
2)
Tempat :
Ruang Sidang Nusantara
Pembawa Acara : Bambang S.
Hari, tanggal :
Selasa, 28 Oktober 2008
Waktu :
09.00—10.30
c.
Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah
kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya :
Ibu
: "Bawa kopor ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa.
Letakkan baik baik!"
d.
Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan
halaman, (b) bab dan ayat dalam kitab suci, (c) judul dan anak judul suatu
karangan, serta (d) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya :
1) Horison,
XLIII, No. 8/2008: 8
2) Surah Yasin: 9
3)
Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi
Cerpen Nusantara
4)
Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga. Jakarta: Pusat Bahasa.
3.
Tanda Hubung (-)
a.
Tanda hubung menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya :
1.
Di samping cara lama diterapkan
juga ca-
rabaru ....
2.
Sebagaimana kata peribahasa, tak
ada ga-
ding yang takretak.
b.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang
mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian
baris.
Misalnya :
1.
Kini ada cara yang baru untuk
meng-
ukur panas.
2.
Kukuran baru ini memudahkan kita
me-
ngukur kelapa.
3.
Senjata ini merupakan sarana
pertahan-
an yang canggih.
c. Tanda hubung
digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya :
1)
Anak-anak
2)
Berulang-ulang
3)
Kemerah-merahan
d. Tanda hubung
digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang
dieja satu-satu.
Misalnya :
1)
08-10-2012
2)
P-e-s-e-r-t-a
e. Tanda hubung boleh
dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (b)
penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.
Misalnya :
1)
Ber-evolusi
2)
Dua-puluh ribuan (20 x 1.000)
3)
Tanggung-jawab-dan-kesetiakawanan sosial (tanggung jawab
sosial dan
kesetiakawanan sosial)
Bandingkan dengan :
1)
Be-revolusi
2)
Dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)
3)
Tanggung jawab dan kesetiakawanan social
f.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai :
1)
se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital,
2)
ke-
dengan angka,
3)
Angka dengan -an,
4)
Kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital,
5)
Kata ganti yang berbentuk imbuhan, dan
6)
Gabungan kata yang merupakan kesatuan.
Misalnya :
1)
Se-Indonesia
2)
Peringkat ke-2
3)
Tahun 1950-an
4)
Hari-H
5)
Sinar-X
6)
Mem-PHK-kan
7)
Ciptaan-Nya
g.
Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing.
Misalnya :
1)
di-smash
2)
di-mark-up
3)
pen-tackle-an
4.
Tanda Pisah (–)
a.
Tanda pisah dipakai untuk
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun
utama kalimat.
Misalnya :
1)
Kemerdekaan itu—hak segala
bangsa—harus dipertahankan.
2)
Keberhasilan itu–saya yakin–dapat
dicapai kalau kita mau berusaha keras.
b.
Tanda pisah dipakai untuk
menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas.
Misalnya :
1)
Rangkaian temuan ini–evolusi,
teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita
tentang alam semesta.
2)
Gerakan Pengutamaan Bahasa
Indonesia–amanat Sumpah Pemuda–harus terus ditingkatkan.
c.
Tanda pisah dipakai di antara dua
bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.
Misalnya :
1)
Tahun 2008–Semarang
2)
Tanggal 2–14 September 2011
3)
Sambas–Pontianak
Catatan :
1)
Tanda pisah tunggal dapat
digunakan untuk memisahkan keterangan tambahan pada akhir kalimat.
Misalnya :
a)
Kita memerlukan alat tulis–pena,
pensil, dan kertas.
b) (Bandingkan dengan Bab III, Huruf D, kaidah 1.)
2)
Dalam pengetikan, tanda pisah
dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.
5.
Tanda Tanya (?)
a.
Tanda tanya dipakai pada akhir
kalimat tanya.
Misalnya :
1) Kapan dia berangkat?
2) Saudara tahu, bukan?
b. Tanda tanya dipakai di
dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya :
1) Dia dilahirkan pada
tahun 1963 (?).
2) Uangnya sebanyak 10
juta rupiah (?) hilang.
6.
Tanda Seru (!)
a. Tanda seru dipakai untuk
mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat.
Misalnya :
a.
Alangkah indahnya taman laut ini!
b.
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
c.
Sampai hati benar dia meninggalkan istrinya!
d. Merdeka!
7.
Tanda Elipsis (…)
a. Tanda elipsis
dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya :
1)
Kalau begitu ..., marilah kita
laksanakan.
2)
Jika Saudara setuju dengan harga
itu …, pembayarannya akan segera kami lakukan.
b.
Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu
kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya :
1)
Sebab-sebab kemerosotan ... akan
diteliti lebih lanjut.
2)
Pengetahuan dan pengalaman kita
... masih sangat terbatas.
Catatan :
1)
Tanda elipsis itu didahului dan
diikuti dengan spasi.
2)
Jika bagian yang dihilangkan
mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai 4 tanda titik: 3 tanda titik untuk menandai
penghilangan teks dan 1 tanda titik untuk menandai akhir kalimat.
3)
Tanda elipsis pada akhir kalimat
tidak diikuti dengan spasi.
Misalnya :
Dalam tulisan, tanda baca harus
digunakan dengan cermat ....
8.
Tanda Kurung (( ))
a.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan
atau penjelasan.
Misalnya :
1)
Anak itu tidak memiliki KTP (kartu
tanda penduduk).
2)
Dia tidak membawa SIM (surat izin mengemudi).
Catatan :
Dalam penulisan didahulukan bentuk lengkap setelah itu
bentuk singkatnya.
Misalnya :
Saya sedang mengurus perpanjangan
kartu tanda penduduk (KTP). KTP itu merupakan tanda pengenal dalam berbagai
keperluan.
b.
Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau
penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya :
1)
Sajak Tranggono yang berjudul
"Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
2)
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru pasar dalam negeri.
c.
Tanda kurung dipakai untuk
mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya :
1)
Katacocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
kokain(a).
2)
Pejalan kaki itu berasal dari
(Kota) Surabaya.
d. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci
urutan keterangan.
Misalnya :
1)
Faktor produksi menyangkut masalah
(a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
2)
Dia harus melengkapi berkas
lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3)
surat keterangan kesehatan.
Catatan :
Tanda kurung tunggal dapat dipakai
untuk mengiringi angka atau huruf yang menyatakan perincian yang disusun ke
bawah.
Misalnya :
1)
Kemarin adik saya membeli :
a)
Buku,
b)
Pensil, dan
c)
Tas sekolah
9.
Tanda Kurung Siku ([ ])
a.
Tanda kurung siku dipakai untuk
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya :
1)
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2)
Ia memberikan uang [kepada] anaknya.
3)
Ulang tahun [hari kemerdekaan]
Republik Indonesia jatuh pada hari Selasa.
b.
Tanda kurung siku dipakai untuk
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya :
Persamaan kedua proses ini
(perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu
dibentangkan di sini.
10.
Tanda Garis Miring (/)
a.
Tanda garis miring dipakai di
dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
Misalnya :
1)
No. 7/PK/2008
2)
Jalan Kramat III/10
3)
tahun ajaran 2008/2009
b.
Tanda garis miring dipakai sebagai
pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.
Misalnya :
1)
Dikirimkan lewat darat/laut
Artinya : “Dikirimkan lewat darat atau lewat laut”
2)
Harganya Rp1.500/lembar
Artinya : “Harganya Rp1.500 tiap lembar”
Catatan :
Tanda garis miring ganda
(//) dapat digunakan untuk membatasi penggalan-penggalan dalam kalimat untuk
memudahkan pembacaan naskah.
11.
Tanda Penyingkat atau Afostrof (')
Tanda penyingkat menunjukkan
penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.Misalnya :
a.
Dia 'kan
sudah kusurati.
Maksudnya : ( 'kan = bukan )
b. 11 Januari '10.
Maksudnya : ( '10 = 2010 )
4. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur
dari pelbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti
Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf
integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar.
1.
Unsur asing yang
belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle
cock, dan de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih
mengikuti cara asing.
2.
Kedua, unsur
asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur
serapan itu adalah sebagai berikut :
1.
a (ain Arab
dengan a) menjadi 'a
'asràasar
2.
' (ain Arab) di
akhir suku kata menjadi k
ruku'àrukuk
3.
aa (Belanda) menjadi a
octaafàoktaf
4.
ae tetap ae jika
tidak bervariasi dengan e
aerobeàaerob
5.
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobinàhemoglobin
6.
au tetap au
autotrophàautotrof
7.
c dimuka a, u, o, dan konsonan menjadi k
cubicàkubik, coup àkup , crystal àkristal
8.
c dimuka e, I, oe, dan y menjadi s
centàsen,
9.
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobinàhemoglobin
10. ae, jika
bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobinàhemoglobin.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Pada dasarnya masyarakat kita telah memahami penggunaan
kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi dalam
pelaksanaannya seringkali masyarakat dihadapkan pada situasi dan kondisi
berbahasa yang tidak mendukung, maksudnya ialah masyarakat masih enggan untuk
mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam komunikasinya
sehari-hari, masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata bahasa yang
salah, sehingga bermula dari kesalahan-kesalahan tersebut dapat menjadi
kesalahan yang sangat fatal dalam mengikuti aturan-aturan ketatabahasaan yang
akhirnya kesalahan tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan parahnya lagi hal
tersebut menjadi membudaya dan dibenarkan penggunaan dalam keseharian, untuk
itu sudah menjadi kewajiban kita bersama unuk selalu mengingatkan kepada
masyarakat untuk dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan
benar, karena bagaimanapun bahasa memiki peran penting dalam proses pembangunan
karakter masyarakat dalam bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Muhammad; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Moderen; Jakarta; Pustaka Amani.
Santoso,
Ananda; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia;
Surabaya; Alumni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar