KALIMAT, KALIMAT EFEKTIF, DAN PERAGRAF (ALINEA)
A.
KALIMAT
1.
Pengertian kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau
tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Sekurang-kurangnya kalimat dalam
ragam resmi, baik lisan maupun tertulis harus memiliki S dan P (Srifin dan
Tasai, 2002: 58). Panjang atau pendek, kalimat hanya terdiri atas subjek dan
predikat. Kalimat pendek menjadi panjang atau berkembang karena diberi
tambahan-tambahan atau keterangan-keterangan pada subjek, pada predikat, atau
pada keduanya (Wijayamartaya, 1991: 9).
Pendapat lain mengatakan, kalimat adalah satuan gramatik yang
dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik dan turun
(Ramlan, 1981:6). Menurut Kridalaksana, kalimat adalah suatu bahasa yang secara
relative berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan baik secara aktual
maupun potensial terdiri dari klausa (Kridalaksan dkk, 1984:224). Satu bagian
nujaran yang didahului dan diikuti kesenyapan, sedangkan intonasinya
menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap, adalah kalimat (Keraf, 1978:
156).
kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap).
kalimat adalah satuan gramatik yang ditandai adanya kesenyapan awal dan kesenyapan akhir yang menunjukkan bahwa kalimat itu sudah selesai (lengkap).
1.
Macam-macam Kalimat dalam Bahasa Indonesia
Kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan dengan:
a.
Jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya
b.
Jenis respon yang diharapkan
c.
Sifat hubungan actor/aksi
d.
Ada tidaknya unsur negatif pada kalimat utama
Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya,
kalimat dapat dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor,yaitu :
1.
Kalimat minor adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa terikat
atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa. Kalimat minor dibedakan
atas:
a.
Kalimat minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai lanjutan,
pelengkap, atau penyempurna kalimat utuh atau klausa lain yang terdahulu dalam
wacana.
b.
Kalimat elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena pelepasan
beberapa bagian dari klausa kalimat tunggal.
Contoh: Terserah saja. (Penyelesainnya terserah kamu saja).
c.
Kalimat jawaban, yaitu kalimat minor yang bertindak sebagai jawaban
atas pentanyaan-pertanyaan.
Contoh : (Apa yang kau bawa itu?) Lukisan.
d.
Kalimat sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan
klausa terikat dari kalimat majemuk subordinat.
Contoh : Meskipun hujan. (Dia tetap datang).
e.
Kalimat urutan, yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh
konjungsi, sehingga menyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bagian kalimat
lain.
Contoh : Karena itu, harga minyak naik.
f.
Kalimat minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul
sebagai akibat pengisian wacana yang ditentukan oleh situasi, dibedakan atas.
-
Panggilan. Contoh : bakso !
-
Seruan. biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan
perasaan. Contoh: halo !
-
Judul, merupakan suatu ungkapan topik atau gagasan. Contoh : Dampak
negatif penayangan TV.
2.
Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya
satu klausa bebas. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, pembentuk yang
inti saja. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, terdapat unsur pembentuk
yang inti saja, berdasarkan jumlah klausa yang terdapat didalamnya, kalimat
mayor dapat dibedakan atas:
a.
Kalimat majemuk subordinatif, yaitu kalimat majemuk yang salah satu
klausanya menduduki : salah satu fungsi sintaksis dari klausa yang lain atau
atribut dari salah satu fungsi sintaksis klausa yang lain.
Contoh :
-
Yang berkaca mata hitam itu teman saya.
-
Orang itu badannya sangat gemuk.
-
Polisi telah mengatakan bahwa kabar itu bohong.
b.
Kalimat majemuk koordinat, yaitu kalimat majemuk yang
klausa-klausanya tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa lain.
Contoh :
-
Semalam suntuk saya tidur di kursi, dan orang-orang itu bermain
kartu.
-
Mula-mula dinyalakannya api, lalu ditaruhnya cerek diatasnya.
-
Dalam perang, kita harus berani membunuh lawan, kalau tidak kita
sendiri yang dibunuh.
c.
Kalimat majemuk rapatan, yaitu kalimat majemuk koordinatif yang
klausa-klausanya mempunyai kesamaan-kesamaan, baik kesamaan subjek, predikat
objek, maupun keterangan.
Contoh :
-
Rumah itu baru saja diperbaiki, tetapi sekarang sudah rusak.
-
Saya mengerjakana bagian depan, adik bagian belakang.
-
Dengan susah payah orang tuaku membangun rumah ini, tetapi saya
tinggal menempati saja.
Berdasarkan respon yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :
1.
Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan
informasi tanpa mengharapkan response tertentu. Cirri untuk mengenal kalimat
pernyataan ini yaitu melalui pola intonasinya yang bernada akhir turun (dalam
bahasa lisan) dan tanda titik (.) seperti ayo, mari; kata-kata persilahkan,
seperti silahkan, dipersilahkan; dan kata larangan (jangan).
Contoh :
Cita-cita anak
itu sangat mulia.
Saya tidak
membawa uang sama sekali.
Menurut teori
Darwin, manusia merupakan keteturunan kera.
2.
Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing
response yang berupa jawaban. Kalimat pertanyaan dapat dikenal dari pola
intonasinya yang bernada akhir naik serta nada terakhir dan pola intonasi
kalimat pertanyaan. Nada akhir kalimat pertanyaan ditandai dengan tanda Tanya
(?) dalam bahasa tulisan.
Contoh :
-
Kakak sudah menikah?
-
Mengapa anak itu tidak tidur?
-
Siapa pemilik rumah itu?
3.
Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing
responsi yang berupa tindakan. Kalimat perintah ditandai dengan tanda seru (!).
tetapi penggunaan seru ini biasanya tidak dipakai kalau sifat perintah itu
menjadi lemah, demikian juga predikatnya diikuti oleh partikel-lah. Kalimat
perintah dapat bersifat negative. Untuk menegatifkan kalimat perintah,
digunakan kata jangan yang biasanya ditempatkan pada bagian awal kalimat.
Kaliamat perintah yang besifat negative beubah menjadi larangan.
Contoh :
-
Masuklah!
-
Marilah kita belajar bersama-sama!
-
Jangan membuang sampah di sembarang tempat!
Berdasarkan hubungan aktor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :
1.
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku
actor. Subjek kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh
predikat. Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba
intransitive. Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi
sebagai perdikat kalimat aktif ialah meN- dan ber- yang dapat dikombinasikan
dengan –I atau –kan.
Contoh :
-
Anak itu memetik bunga di taman.
-
Ayah membelikan kakak baju baru.
-
Pembantu itu sedang menyapu halaman.
2.
Kalimat pasif adalah kalimat yanmhg subjeknya berperan sebagai
penderita. Subjek dalam kalimat pasif berperan sebagai penderita perbuatan yang
dinyatakan oleh predikat kalimat tersebut.
Predikat kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat bekombinasi dengan sufiks –i dan –kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan verba yang didahului oleh pronominal persona.
Predikat kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat bekombinasi dengan sufiks –i dan –kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan verba yang didahului oleh pronominal persona.
Contoh :
-
Badannya dilumuri minyak.
-
Kita apakan barang-barang ini?
-
Tidak terlihat olehku benda yang kau tujukan itu.
3.
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai
pelaku maupun sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat
tersebut.
Contoh :
Contoh :
-
Jangan menyiksa diri sendiri.
-
Wanita itu berhias di depan cermin.
4.
Kalimat respirokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya
melakukan sesuatu pebuatan yang berbalas-balasan. Verba yang berfungsi sebagai
predikat pada kalimat respirokal adalah verba yang beprefiks me- yang didahului
oleh kata dasarnya, verba berulang yang berkombinasi dengan konfiks ber-kan,
verba dasar yang diikuti oleh kata baku, dan saling yang diikuti oleh veba yang
berprefiks me- atau me-i/kan.
Contoh :
-
Kedua Negara itu tuduh-menuduh tentang pelanggaran perbatasan.
-
Dua bersaudara itu saling mencintai dan saling menyayangi.
-
Pemuda-pemuda tanggung itu berbaku hantam d tanah lapang.
B.
KALIMAT EFEKTIF
1.
Pengertian
kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah
tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas,
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan
tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan
bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan.
Supaya kalimat
yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur
kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap. Artinya, unsur-unsur kalimat
seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang
seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan
keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan
kesesuaiannya dengan kaidah.
Menurut Sabarti Akhdiah (1994:134) menyatakan
bahwa secara umum kalimat harus di susun berdasarkan kaidah sebagai berikut :
- Penggunaan
subjek ganda.
- Penjamakan
kata yang sudah jamak unsur-unsur yang ada dalam sebuah kalimat.
- Aturan
ejaan yang berlaku.
- Cara-cara
memilih kata (diksi).
Syarat umum kalimat efektif adalah :
1.
Kesepadanan dan
kesatuan gagasan
Kalimat biasanya terdiri dari subjek, predikat,
objek, dan keterangan. Kesepadanan artinya hubungan timbal balik antara subjek
dengan predikat, antara predikat dengan objek serta dengan
keterangan-keterangannya yang menjelaskan unsur-unsur kalimat tersebut. Kesepadanan
artinya pikiran/perasaan ide sama dengan kalimat yang diucapkan atau
ditulis. Kesatuan gagasan artinya bahwa sebuah kalimat harus utuh
mengandung satu ide pokok atau satu pikiran (tidak menimbulkan salah paham).
Biasanya jika sepadan dengan pikiran dan perasaan, kalimat dengan sendirinya
akan memiliki kesatuan gagasan.
Contoh kalimat sepadan :
- Dosen
sedang menyampaikan perkuliahan bahasa arab (benar)
Kalimat ini sepadan karena kalimatnya utuh dan
lengkap.
- Bagi dosen
sedang menyampaikan perkuliahan bahasa Arab (salah)
Kalimat ini tidak sepadan dan tidak jelas
kesatuan gagasannya karena tidak lengkap , tidak mempunyai subjek.
2.
Kelogisan
Kelogisan kalimat adalah kemampuan sebuah
kalimat untuk menyatakan sesuatu dengan logika. Sebuah kalimat memiliki
kelogisan jika masuk akal.
Contoh kalimat :
- Pencuri
berhasil ditangkap polisi (salah)
2.
Polisi berhasil
menangkap pencuri (benar)
3. Keparalelan
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan
unsur-unsur yang digunakan secara konsisten dalam satu kalimat. Jika verba yang
di gunakan, unsur yang lain juga verba. Demikian pula, jika nomina yang di
gunakan, unsur yang lain juga nomina. Jika aktif yang di gunakan, yang lain
juga harus aktif. Demikian pula sebaliknya.
Contoh :
- Belajar,
bergurau : Dia tidak belajar, melainkan bergurau.
4. Penekanan/Ketegasan
Penekanan atau
ketegasan ialah penonjolan pada pokok kalimat.
5.
Kehematan
Yang dimaksud
dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di
sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan.
6.
Kepaduan
(Koheresi)
Kepaduan adalah
adanya hubungan yang padu (koheren) antar unsur kalimat. Satu unsur dengan
unsur yang lain tidak boleh diselingi oleh kata yang tidak penting dan letak
kata dalam kalimat tidak boleh dipertukarkan.
7.
Kecermatan
Yang dimaksud
dengan cermat adalah kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda, dan tepat
dalam pilihan kata.
C.
PARAGRAF
1.
Pengertian
paragraph
Paragraf
merupakan bagian karangan tulis yang membentuk satu kesatuan
pikiran/ide/gagasan. Adapun kesatuan pikiran/ide/gagasan yang dilisankan
disebut paratone atau padu. Jadi paratone dan paragraph sesungguhnya
merujuk pada hal sama,yakni kesatuan pengungkapan pikiran/ide/ gagasan.
Setiap paragraf
dan paratone dikenalikan oleh satu ide pokok.Ide pokok harus dikemas dalam
sebuah kalimat, yakni kalimat topik atau kalimat utama.
2.
Syarat-Syarat
Paragraf yang baik
Ada beberapa syarat agar kalimat bisa menjadi
suatu paragraf yang baik, yaitu :
a.
Penggunaan
Pengulangan Kata atau Kata kunci
Kata kunci (keywords) adalah kata yang diulang
untuk mengaitkan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya.
b.
Penggunaan Kata
Ganti
Kata ganti adalah kata yang dapat menggantikan
nominal atau frase nominal, misalnya: dia, beliau, (pronominal persona ‘kata
ganti orang’), itu ini, di sini, di situ (pronominal demonstrative ‘kata ganti
penunjuk’), dan –nya, -ku, -mu (pronominal objektif ‘kata ganti sasaran’).
3.
Unsur-unsur
Paragraf
Unsur lahiriah paragraf juga berupa kalimat,
frasa, kata, dan lain-lain; sedangkan unsur nonlahiriah paragraf berupa makna
atau maksud penulis yang dikandung di dalam keseluruhan jiwa paragraf itu.
Secara lahiriah, khususnya paragraf nonnaratif, lazimnya paragraf tersusun dari
:
- Kalimat
topik atau kalimat utama
- Kalimat
pengembang atau kalimat penjelas
- Kalimat
penegas
- Kalimat
transisi
Dalam paragraf naratif, ide pokok paragraph
tersebar di dalam keseluruhan kalimat yang membangun paragraf naratif.Jadi
paragraf naratif tidak selalu harus mengikuti ciri-ciri lahiriah paragraf
seperti disebutkan di atas. Unsur-unsur lahiriah paragraf haruslah padu; unsur
nonlahiriah paragraf juga harus satu. Kepaduan lahiriah paragraf disebut
koherensi; kesatuan nonlahiriah pargaraf disebut kohesi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar